A. Latar Belakang

Bahasa Inggris mempunyai pengaruh  yang sangat penting bagi siswa baik sebagai alat komunikasi dengan penutur asing juga  mempunya peranan yang sangat penting untuk menunjang siswa dalam rangka mempelajari bidang studi yang lain.Oleh sebab itu  kurikulum yang dikembangkan sekarang bertujuan untuk dapat mempersiapkan siswa agar mempunyai kompetensi yang mampu merefleksikan pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain, mengemukakan gagasan, dan budaya orang lain (Depdiknas:2004). Teori yang digunakan sebagai landasan untuk menyusun kurikulum berbasis kompetensi bahasa Inggris  SMP adalah Teori Kompetensi Komunikatif. Adapun Celce-Murcia, Dornyei dan Thurell (1995) mempunyai pendapat bahwa bahasa adalah sebuah komunikasi, bukan seperangkat aturan. Tujuan dari rumusan tersebut adalah menyiapkan siswa untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa dengan pengguna bahasa lainnya, khususnya bahasa Inggris. Menurut Celce-Murcia et.al (1995) kompetensi utama yang dituju oleh pendidik bahasa adalah kompetensi wacana (discourse competence) yang artinya apabila seseorang terlibat dalam komunikasi lisan maupun tulisan berarti orang tersebut terlibat dalam suatu wacana. Berpartisipasi aktif dalam percakapan, membaca dan menulis secara otomatis mengaktifkan kompetensi wacana .

Sejauh ini pemerintah telah membuat semacam standar pendidikan secara nasional yang mempunyai tujuan untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (PP 19: 2005). Salah satu standar nasional pendidikan adalah Standar Isi (SI). SI adalah adalah materi dan tingkat kompetensi minimal, untuk mencapai kompetensi lulusan  minimal. SI mata pelajaran bahasa inggris SMP telah di rancang sesuai dengan tingkat literasi siswa SMP yaitu fungsional.

Pada kenyataannya, pengajaran bahasa Inggris di sekolah sangat tidak sesuai dengan Standar  Isi (Depdiknas:2006). Pendidik bahasa mengajar hanya berdasarkan buku teks, tampa menyadari bahwa pengajaran bahasa pada saat ini lebih mengutamakan ketercapaian kompetensi tertentu. Ada beberapa kompetensi  yang  harus diraih oleh siswa agar dapat mencapai kompetensi yang sesuai dengan tuntutan Standar Isi, dalam hal ini Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

Mulyasa (2006:11) mengatakan bahwa  guru mempunyai kebebasan mengembangkan SK, KD, sehingga kreativitas guru   semakin terbuka dan terakomodasi. Dengan kata lain jika sebelumnya guru hanya mengajarkan materi yang telah ditetapkan dalam kurikulum nasional yang dibuat pemerintah, maka dalam kurikulum baru ini tidak demikian. KTSP merupakan kurikulum sekolah yang dikembangkan oleh oleh guru, sehingga keinginan untuk memberikan ruangan dan kebebasan kepada guru untuk memilih yang terbaik bagi peserta didiknya akan terakomodasikan dengan baik. Sekali lagi kreatifitas guru sangat menentukan keberhasilan siswa.

Didalam pembelajaran bahasa Inggrisn SMP, semua kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa dan didasari oleh teks lisan maupun tulisan. Teks mempunyai peranan yang sangat penting bagi pengajaran bahasa Inggris di sekolah. Dengan mempelajari berbagai bentuk teks baik lisan maupun lisan diharapkan siswa dapat menggunakan bahasa secara fungsional dan secara bertahap dapat menulis secara sederhana berbagai jenis teks.

B. Konsep Kompetensi komunikatif (Comunicative Competence)

Kemampuan  menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi perlu dipelajari dengan cara mengetahui makna dari kompetensi tersebut. Bermula dari istilah yang dipergunakan oleh Chomsky (1965). Chomsky mengemukakan apa yang di sebut dengan kompetensi kebahasaaan (language competence) dan kompetensi performa (language performance). Menurutnya, kompetensi kebahasaan adalah sebuah kemampuan untuk dapat menghubungkan bunyi dengan makna secara tepat dan sesuai dengan kaidah bahasa yang mereka miliki. Sedangkan kompetensi performa adalah perwujudan dari kompetensi kebahasaan dimana  si penggunaa bahasa menggunakan bahasa ini secara aktual dan teramati ( Purnomo, 1994:75).

Tetapi apa yang dikemukakan oleh Chomsky hanya pembagian dari dua macam kompetensi yang harus dimiliki oleh pengguna bahasa tampa ada kaitannya dengan pengajaran bahasa. Sesungguhnya pengajaran bahasa memerlukan kompetensi-kompetensi pendukung yang dapat menunjang proses pembelajaran bahasa secara efektif.

       Sementara itu, Celce-Murcia, et.al (1995) merepresentasikan sebuah model kompetensi pembelajaran bahasa, yaitu Communivative Competence atau kemampuan komunikatif. Menurutnya kompetensi utama yang hendak dicapai oleh pendidik bahasa adalah discourse competence (kompetesi wacana) yakni kem ampuan berkomunikasi lisan maupun tulisan dalam berbagai peristiwa komunikasi. Dengan kata lain orang yang melakukan komunikasi tersebut terlibat dalam suatu wacana. Wacana itu sendiri berarti suatu konteks yang melandasi suatu komunikasi.  Supaya kompetensi wacana dapat diperoleh,  siswa harus mempunyai kompetensi pendukung, yakni kompetensi linguistik (linguistic competence), sebuah kompetensi dimana siswa dituntut agar mempunyai kemampuan untuk memahami tata bahasa, kosa, intonasi, dst. Kompetensi sosialkultural (sociocultural competence) adalah kompetensi yang dikaitkan dengan kemampuan untuk menggunakan bahasa sesuai dengan konteksnya seperti tata cara berkomunikasi di dalam suatu komunitas. Selanjutnya  kompetensi tindak bahasa (actional kompetence) atau sering disebut dengan tindak tutur, tampa adanya kemampuan melakukan komunikasi lisan seperti meminta, mengajak, memerintah akan sangat sulit bagi siswa untuk menerapkan dua kompetensi sebelumnya maka kompetensi tindak tutur sangat penting untuk menunjang ketercapaian kompetensi wacana. Yang terakhir adalah kompetensi strategi (strategic competence), yakni kompetensi yang digunakan oleh penguna bahasa ketika menemui kesulitan ketika sedang melakukan komunikasi,  misalnya ketika kesulitan untuk mengungkapkan suatu kalimat tertentu, maka segala usaha dilakukan seperti dengan mengunakan bahasa tubuh dengan harapan si pendengar mengerti apa yang dimaksud oleh penutur tersebut.  Kompetensi strategis adalah sebuah kompetesi yang dipergunakan untuk mengatasi kesulitan siswa ketika kompetensi kebahasaaan, kompetensi sosialkultural dan kompetesi tindak bahasa tidak dapat mengatasi kesulitan siswa ketika sedang menggunakan bahasa tersebut didalam sebuah komunikasi pada konteks tertentu.

C. Tingkat Literasi pada Pembelajaran Bahasa Inggris

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kompetensi utama yang tuju  dari pendidikan bahasa Inggris adalah adalah kompetensi komunikatif (comunicative comptence). Dimana siswa sekolah menengah di tuntut agar dapat berkomunikasi lisan maupun tulisan dalam berbagai peristiwa komunikasi. Keterampilan berkomunikasi lisan sangat menentukan untuk menuju keterampilan berkomunikasi lisan. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa Inggris SMP ditekankan agar siswa  mampu untuk berkomunikasi lisan dengan baik dan berterima. Menurut Well (1987) tingkat literasi terbagi menjadi empat, yaitu  performative, functional, informational, dan epistemic. Tingkat pertama adalah sekadar mampu membaca dan menulis, tingkat kedua adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk keperluan hidup atau skill for survival seperti membaca manual atau mengisi formulir permohonan kartu kredit. Bahasa Inggris SMP didesain untuk membekali siswa mencapai literasi tingkat fungsional. Tingkat ketiga adalah kemampuan mengakses pengetahuan dalam bahasa Inggris. Literasi lulusan SMA diharapkan mencapai tingkat ini. Sementara itu, tingkat  epistemik adalah kemampuan mentransformasi pengetahuan dalam bahasa Inggris. Tingkat ini dianggap terlalu tinggi untuk tingkat SMA.
Berdasarkan tingkat literasi itulah maka pembelajaran bahasa Inggris di sekolah menengah pertama (SMP) selalu diusahakan berpusat pada siswa dan kegiatan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Standar Isi dan siswa mampu untuk mengunakan berbagai fungsi-fungsi  bahasa tersebut untuk memecahkan masalah dan keperluan hidup sehari-hari.
D. Jenis Text Bahasa Inggris (genres)
     Teks mempunyai peranan yang sangat penting didalam pengajaran bahasa  Inggris khususnya pada Sekolah Menengah Pertama. Sesungguhnya Standar Kompetensi 2004 telah menetapkan  3 macam Standar Kompetensi untuk masing-masing kelas untuk tiap-tiap tahun ajaran yang berisikan kemampuan untuk berkomunikasi lisan dan tertulis dalam berbagai bentuk wacana. Berbeda dengan SI dimana masing-masing kemampuan berbahasa (language skills) mempunyai  Standar Kompetensi yang   berbeda pula. Standar Kompetensi  menuntut siswa  tidak hanya mempunyai kemampuan mengerti berbagai jenis teks tetapi juga juga mampu untuk menyusun atau membuat teks tersebut dalam bentuk yang sederhana. 
Didalam proses pembelajaran guru sebaiknya menjelaskan berbagai jenis teks, memberikan contoh teks, sambil menjelaskan bahwa setiap teks mempunyai tujuan komunikatif, strutur teks dan ciri-ciri kebahasaan sebelum siswa mencoba menyusun atau membuat teks mereka masing-masing. Lebih lanjut siswa  SMP diharapkan mampu untuk memahami makna dalam teks funsional dan esei pendek berbentuk  naratif, recount, prosedur, report dan deskriptif. 
1.   Naratif
     Tujuan komunikatif teks naratif adalah menghibur pendengar atau pembaca dengan pengalaman nyata atau khayal. Ciri naratif adalah adanya unsur konflik (masalah) dan resolusi (penyelesaian masalah). Jumlah masalah atau penyelesaiannya mungkin hanya satu, mungkin juga lebih.  
     Struktur teks terdiri dari  pengenalan latar (tokoh, waktu, dan tempat), Pengembangan konflik, Penyelesaian konflik,  Koda (perubahan yang terjadi pada tokoh atau pelajaran yang dapat dipetik dari cerita).
      Ciri kebahasaannya terdiri dari nouns tertentu sebagai kata ganti orang, dalam cerita, misalnya: stepsisters, housework, dsb. adjectives yang membentuk noun phrase, misalnya: long black hair, two red apples, dsb. time connectives dan conjunctions untuk mengurutkan kejadian misalnya: then, before that,dsb. adverbs dan adverbial phrases untuk menunjukkan lokasi kejadian atau peristiwa, misalnya: here, in the mountain, happily ever after,dsb. action verbs dalam past tense; stayed, dsb. saying verbs yang menandai ucapan seperti: said, told, dan thinking verbs yang menandai pikiran, perasaan tokoh mis:  thought, felt, dsb.
2.  Recount
    Tujuan komunikatif teks recount adalah melaporkan peristiwa, kejadian atau kegiatan dengan tujuan memberitakan atau menghibur.
   Struktur teks terdiri dari pendahuluan (orientasi), yaitu memberikan informasi tentang apa, siapa, di mana dan kapan, Laporan (rentetan) peristiwa, kegiatan yang terjadi, yang biasanya disampaikan secara berurut. Komentar pribadi dan/atau ungkapan penilaian (jika ada)
     Ciri kebahasaan terdiri dari nouns dan pronouns sebagai kata ganti orang, hewan atau benda yang terlibat, misalnya David, the monkey, we dsb. Action verbs atau kata kerja tindakan, misalnya go, sleep, run dsb. past tense, misalnya We went to the zoo; She was happy dsb. Conjunctions dan time connectives yang mengurutkan peristiwa, kejadian atau kegiatan, misalnya and, but, then, after that, dsb. Adverbs dan adverb phrases untuk mengungkap tempat, waktu dan cara, misalnya yesterday, at my house, slowly dsb. Adjectives untuk menerangkan nouns, misalnya beautiful, funny, dsb.
3. Prosedur
Tujuan komunikatif teks prosedur adalah memberi petunjuk cara melakukan sesuatu melalui serangkaian tindakan atau langkah. 
Struktur Teks terdiri dari tujuan kegiatan atau judul, bahan-bahan, langkah-langkah. 
Ciri kebahasaannya terdiri dari pola kalimat imperative, misalnya, Cut, Don’t mix, dsb. Action verbs, misalnya turn, put, don’t, mix, dsb.Connectives untuk mengurutkan kegiatan, misalnya then, while, dsb. Adverbials untuk menyatakan rinci waktu, tempat, cara yang akurat, misalnya for five minutes, 2 centimetres from the top, dsb.
4. Report
      Tujuan komunikatif teks report adalah menyampaikan informasi tentang sesuatu, apa adanya, sebagai hasil pengamatan sistematis atau analisis yang dideskripsikan dapat meliputi gajala alam, lingkungan, benda buatan manusia, atau gejala-gejala sosial. Deskripsi sebuah teks report dapat berupa simpulan umum misalnya tentang rumah sederhana dengan mendekripsikan ciri-ciri subyek tersebut sehingga layak dikategorikan rumah sederhana, dsb.
       Struktur teks terdiri dari pernyataan umum yang menerangkan subjek laporan, keterangan, dan klasifikasinya.
      Ciri Kebahasaan terdiri dari  general nouns, seperti ‘Reptiles in Comodo Insland’. Relating verbs untuk menjelaskan ciri, misalnya reptiles are scaly animals (ciri ini berlaku untuk semua reptilia). Action verbs dalam mejelaskan perilaku, misalnya lizards cannot fly. Present tense untuk menyatakan suatu yang umum, misalnya Komodo dragons usually weight more than 160 kg. Istilah teknis, misalnya water contains oxygen and hydrogen.Paragraf dengan topik sentence untuk menyusun sejumlah informasi.
5. Deskriptif
Tujuan komunikatif teks deskriptif adalah mendeskripsikan ciri-ciri seseorang, suatu benda atau tempat tertentu. 
Struktur teks terdiri dari  pengenalan benda (orang atau sesuatu yang akan  dideskripsikan. Deskripsi,  menggambarkan ciri-ciri benda tersebut,misalnya berasal dari mana, warnanya, ukurannya, kesukaannya dsb. Deskripsi ini hanya memberikan informasi mengenai benda atau orang tertentu yang sedang dibahas saja, misalnya deskripsi tentang ‘My Dog’. Ciri-ciri ‘anjing saya’ tersebut dapat berbeda dengan anjing yang lain.
Ciri kebahasaan menggunakan Nouns tertentu, misalnya teacher, house,my cat, dsb, simple present tense.Detailed noun phrase untuk memberikan informasi tentang subjek, misalnya She a sweet young lady. Berbagai macam adjectives, yang bersifat describing, numbering, classifying, mis: two strong legs, two white fangs, dsb. Relating verbs untuk memberikan informasi tentang subjek, misalnya, My mum is realy cool, It has very thick fur, dsb.

D. Proses Pembelajaran Bahasa Inggris

Didalam pembelajaran bahasa Inggris, semua kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa dan masih tetap mengintegrasikan 4 kemampuan berbahasa. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris melalui  dua macam siklus yaitu, siklus lisan (mendengar dan berbicara) dan siklus tulisan (membaca dan menulis).  Pada siklus lisan (spoken cycle) siswa diharapkan mampu memahami dan mengungkapan makna teks funsional pendek (short functional text) misalnya pengumuman, petunjuk, kartu ucapan. Makna percakapan transaksional (transactional conversation), yakni percakapan yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari misalnya jual beli, meminjam sesuatu, meminta maaf. Makna percakapan interpersonal (interpersonal coonversation) misalnya percakapan yang dilakukan untuk basa-basi atau memenuhi kepatutan sosial. Dan yang terakhir adalah makna monoloq (monoloque) misalnya  cooking demonstration, arraging flower dan siklus tulisan (written cycle) siswa diharapkan mampu memahami dan mengungkapkan makna teks fungsional pendek (short functional text) misalnya papan pengumuman, label, leaflet dan esei pendek (short essays in various genres)misalnya naratif, prosedur dan recount.

Dalam pembelajaran di kelas, masing-masing siklus kegiatan disusun berdasarkan empat tahapan yang harus ditempuh oleh guru, yakni membangun pengetahuan dasar (Building Knowledge of Field, BKOF). Ini merujuk pada tahap penjajagan dan pengenalan topik yang akan dibahas. Bila tema yang dipilih transportasi, misalnya, guru dan siswa terlibat dalam percakapan ihwal itu. Pada tahap ini siswa dilatih keterampilan menyimak dan berbicara. Siswa diajak bercakap-cakap cara memesan taksi atau tiket pesawat lewat telefon. Singkatnya, pengalaman dan pengetahuan siswa tentang topik itu dijelajahi sebanyak mungkin. Penjelajahan ini kurang lebih sejalan dengan konsep pengaktifan skema siswa. Modeling (Modelling of text, MOT). Tahap ini adalah tahap pemajangan (exposure) terhadap teks percakapan, misalnya teks pemesanan taksi. Pada tahap ini keterampilan yang dilatihkan adalah membaca, terutama membaca teks-teks singkat seperti menu makanan di restoran, cara menghidupkan kompor gas, cara memasak nasi goreng, dan sebagainya. Kerja kelompok (Joint Construction of Text, JCOT). Tahap ini didesain untuk menciptakan kolaborasi antarsiswa. Dari kolaborasi itu diharapkan muncul teks sebagai hasil kerja sama. Mereka diasumsikan mampu berbuat itu setelah melewati dua tahap sebelumnya di atas. Misalnya, bila pada tahap sebelumnya para siswa membicarakan nasi goreng, selanjutnya mereka belajar membuat resep nasi kuning. Kerja mandiri (Independent Construction of Text, ICOT). Ini tahap tertinggi dalam penguasaan bahasa, yakni kemampuan secara mandiri memproduksi teks monolog misalnya bagaimana ia membuat bakmi goreng sebagai makanan kesukaannya. Pada tahap ini siswa juga diharapkan mampu memproduksi teks tulis, misalnya menu bakmi itu. Pada tahap ini diharapkan terjadi text sharing dengan memajangkan teks itu dan membahasnya dalam kelas. Ini diniati sebagai bagian dari penanaman sikap positif, saling menghargai karya tulis sejawat.

E. Simpulan   
     Pendekatan pembelajaran bahasa Inggris pada saat ini adalah pendekatan komunikatif. Sehingga siswa dapat menggunakan bahasa Inggris secara komunikatif dan dapat di terapkan didalam kehidpan sehari-hari mereka yang artinya siswa harus mempunyai kompetensi komunikatif.
Untuk mencapai kompetensi komunikatif tersebut siswa harus terlibat dalam suatu wacana baik lisan maupun tulisan atau yang sering disebut dengan kompetensi wacana (discourse competence). Kompetensi wacana ini harus didukung oleh kompetensi-kompetensi lain seperti kompetensi kebahasaan, kompotensi sosialkultur, kompetensi tindak bahasa dan kompeensi strategis.
Didalam proses pembelajaran di kelas, ada dua siklus yang harus di laksanakan, yaitu siklus lisan (mendengar dan berbicara) dan siklus tulisan (membaca dan menulis). Pada siklus lisan siswa diharapkan mampu memahami dan mengungkapkan teks funsional pendek, percakapan transaksional dan interpersonal dan monoloq. Sedangkan pada siklus lisan siswa diharapkan mampu memahami dan mengungkapkan teks fungsional pendek dan essay didalam berbagai bentuk jenis teks (genres)
Siswa SMP diharapkan tidak saja mampu untuk mengerti berbagai jenis teks tetapi juga mampu untuk menyusun atau merancang berbagai jenis teks. Walaupun bahasa Inggris SMP didesain untuk membekali siswa mencapai literasi tingkat fungsional seperti mampu mengunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara lisan namun secara perlahan siswa SMP diperkenalkan bahasa tulis secara bertahap melalui pengembangan  berbagai jenis teks sederhana.
F. Daftar Pustaka
 

Celce-Murcia, M., Z. Dornyei, S. Thrurrel. 1995. Communicative Competence: A Pedagogically Motivated Model with Content Specifications. In issues in Applied Linguistics, 6(2), PP 5-35.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi : Bahasa Inggris. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi : Bahasa Inggris. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta: Badan standar Nasioal Pendidikan (BSNP)

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan : Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

PP 19. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas

Purnomo, Eko Mulyadi. 1993.  Masukan dan Interaksi Pada Pemerolehan Kemampuan Pragmatik Bahasa Indonesia Siswa SLTP di Kabupaten Jombang. Unpublished doctoral dissertation. Malang : Program Pascasarjana IKIP Malang.

Well, B. 1987. Apprenticeship in Lieracy. Dalam Interchange 18, 1(2): PP. 109-123